|
Bukan sekedar Cinta |
(....I'm a
dissable, but not a dumb..." -Unknow-)
Fotografi emang udah jadi trend kekinian anak muda sekarang. Lihat
aja, gak susah kok sekarang cari pemandangan anak-anak muda yang jalan “petantang-petinting”
bawa kamera. Mulai dari kamera sejuta umat (kamera Handpone maksud nya) sampai
kamera pro jutaan rupiah yang kadang bikin orang bawanya sok-sok jaim gitu
(biar kaya si Rangga di iklan Lin*). Tambah lagi kalau itu adalah tempat
wisata, wiiiuh,, buuuanyak banget anak SMA yang tetiba berubah jadi abang-bang
tukang foto atau tukang narsis, yah namanya juga anak kekinian.
Malioboro, sebuah tempat wisata yang sangat tersohor di Indonesia
tentunya tak luput juga dari fenomena fotografer kekinian ini. Pun, dengan
saya, secara gini-gini saya juga masih masuk kategori anak muda kekinian tapi
non-Alay lho. Tetiba di suatu sore di golden time, saya tetiba disuruh berburu foto-foto
"ciamik" di kawasan Malioboro. Bukan sebagai fotografer kekinian atau
turis-turis yang mejeng sambil petantang-petinting kamera, tapi lebih tepatnya
sebagai anak muda yang lagi di-training untuk bisa ngambil foto human
interest yang konon katanya harus bisa "berbicara".
|
Fenomena selfie di Malioboro |
Berbekal
insting "sekena-kenanya" (maklum saya anak muda amatiran kalau hal
ginian), saya pun mulai jeprat-jepret moment yang saya anggap menarik.
Angle-angle foto mulai atas, bawah, kiri, kanan, sampai jongkokan di jalan pun
tak luput saya praktikan (sangking pengen-nya jadi pro gitu).
|
Foto amatiran dengan angle jongkokan.. hehehe |
Yang namanya
moment yang bagus tentunya sering datang tak terduga. Tetiba mata saya langsung
terpesona dengan sesosok ibu-ibu berbaju kuning. Hal yang menarik saya, Ibu-ibu
ini berbeda dengan 99% pengunjung Malioboro yang sepanjang sore ini saya temui.
Dari kejauhan terlihat si ibu berjalan tertatih dengan sebuah alat bantu jalan.
Meski bagi
saya keberadaan si Ibu ini cukup menyita perhatian saya, tapi ini kontras
dengan lingkup sekeliling si ibu. Banyak orang-orang yang berlalu lalang, tapi
entah mengapa seakan keberadaan si Ibu tak mendapatkan perhatian. seakan
keberadaannya ada tapi tak dirasa. Sontak insting saya ingin mengabadiakan
moment human interest ciamik ini, dan jepreet...
Ehh.. saya
lupa,, meski ini fotografi jalanan, setidaknya harus ada etiknya kan? minta
izin si empunya model. Setelah menjepret dari kejauhan, saya pun menyambangi si
ibu untuk meminta izin mengambil foto beliau. “Untuk
apa??...” Jawab beliau setengah tak senang ketika saya meminta izin. Saya pun bisa menagkap raut wajah beliau yang tak senang itu. Saya pun
segera memutar otak untuk mencari alasan yang tepat sekira si ibu mengizinkan
saya. Kalau saya bilang untuk tugas bu,, mungkin nantinya si ibu berfikiran
saya adalah wartawan yang mungkin akan mengeksploitasi beliau (dalam konotasi
negatif). Tetiba saja saya langsung keceplosan, “eer... untuk kenang-kenangan
bu, saya mau simpan...”
Tetiba saja
si ibu langsung ngomong gini, “Saya gak mau dipublikasi, biar gini, saya bukan
orang bodoh....”. Saya pun langsung nge-Jleeeb....
setelah
bilang begitu, si ibu langsung membalikan wajahnya dari saja dan berlalu begitu
saja... Dan saya pun hanya bisa terdiam mematung di tengah keramaian.
****
Ada hikmah
yang saya dapat dari peristiwa ini (selain pelajaran etik dalam fotografi
jalanan tentunya). Bahwa, terkadang bagi kita orang normal, orang-orang
termajinalkan seperti beliau adalah sebuah “tontonan” yang membuat kita
termehek-mehek. Namun tanpa kita sadari, ketika kita mempublikasikannya ke
media sosial kita, tanpa sadar kita membuat mereka sebagai bahan “tontonan”.
Meski dengan
berbagai caption “Tolong di bantu bla..bla..bla...” atau “Kasian ibu bla.. bla..
bla...” Secara tak sadar kita mengeploitasi keterbatasan mereka sebagai
tontonan publik. Responnya mungkin ada yang termehek-mehek, ada juga yang
menganggapa mereka sebagai bahan ”lelucon”. Yah... memang tak bisa dipungkiri
ada kok orang yang kaya gini di dunia ini. Tapi kadang sebagian besar dari
benak kita terbesit anggapan (meskipun secara implinsit) bahwa mereka adalah
orang yang useless atau malah bahasa kasaranya a dumb yang tak
bisa apa-apa karena keterbatasannya.
Mereka
mungkin memiliki keterbatasan fisik, tapi bukan berarti mereka adalah orang
yang “bodoh” . Orang bodoh yang tak bisa apa-apa, orang bodoh yang harus selalu
bergantung pada kebaikan orang lain. Orang bodoh yang menjadi bahan tontonan
bahkan lelucon karena keterbatasannya. Ngutip dari salah satu cerita yang
hampir serupa, “I’m a Dissable, but not a dumb...”
*Sengaja gak ada fotonya karena gak
diizinkan si ibu untuk menampilkannya, sebagai gantinya fotografi jalanan
amatir yang saya ambil di Malioboro.
|
Udah Pules ya tidurnya bang!! |
|
Si Obat Nyamuk |
|
Mau pesen gambar apa bang? |
|
Heii You!!! | |
NB: Hak cipta dan Hak milik hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala,,
namun... ada baiknya jika di copas menyertakan link blog ini...
sangpendambasurga@blogspot.com