Selasa, 15 September 2015

GALAU MUDA: MENITI KEGAGALAN






Bismillahirrahmanirrahim




“Kesuksesan dan kegagalan itu ibarat teman dekat, apabila kau belum bisa berteman dengan kesuksesan, maka bertemanlah dengan kegagalan, karena dengan begitu dia (kegagalan) akan mendekatkan mu dengan kesuksesan” (Anonim,2015)


Pernahkah kalian gagal?? Saya yakin 99% menjawab pernah. Kegagalan memang menjadi suatu momok yang menakutkan bagi sebagain orang, suatu yang dimusuhi bahkan dihindari oleh mereka yang tak mau merasakan betapa perihnya kegagalan. Seperti yang diungkapkan pernyataan paling atas, bahwa kegagalan itu adalah kawan dekat dari kesuksesan, apabila belum mendapatkan kesuksesan berarti anda mendapatkan kegagalan. Nah, kegagalan inilah yang sepatutnya kita jadikan teman, meskipun pada hakikatnya kita pastinya menginginkan kesuksesan.

Bagaimana berteman dengan kegagalan? Secara kegagalan itu menyakitkan, memalukan, bahkan mematahkan harapan. Sebenarnya, kegagalan itu tak melulu soal yang pahit-pahit, percaya deh. Sebenarnya rasa kegagalan itu tergantung darimana sudut pandang kita melihatnya. Beneran deh, contohnya saja, saya yang sering kali ditolak orang dalam hal melamar (pekerjaan), tentunya bagi orang yang melihat dari sudut pandang diterimanya lamaran itu adalah kesuksesan dan ditolaknya adalah kegagalan, maka ketika hal tersebut terjadi maka yang dirasakan adalah perasaan sedih, sakit karena merasa usahanya tak berbuah seperti yang diharapkan. Kalau saya sebenarnya memandang ketika saya ditolak oleh sebuah pekerjaan, maka itu artinya Allah masih menyembunyikan pekerjaan yang lebih baik dari yang saya lamar ini, dan ketika saya mengingat itu, saya paling-paling galau 1-2 jam, terus semangat lagi nyari pekerjaan apa lagi yang memang cocok dan layak untuk passion saya.

Ini pernah terjadi kepada saya, seperti kebanyakan fresgraduated lainnya, mencari pekerjaan di awal-awal kelulusan menjadi momok tersendiri. Di kosan udah gak bisa lagi, ke kampus gak bisa ngapa-ngapain, di rumah dimarahin, nganggur malu-maluin, dan sebagainya. Jadilah berlomba-lomba mencari pekerjaan, yah syukur-syukur diterima di instansi yang linear dengan jurusan kuliah atau instansi yang branded, kalau gak, yah minimal pekerjaan dengan gajih UMR, yang penting gak nganggur di rumah (titik). Kadang, hal itu juga diperparah dengan sudah banyaknya teman-teman angkatan kita yang udah bekerja, duuh rasanya galau banget kan??. Belum lagi kalau ketemu tetangga, teman mama/papa, kolega, dosen, teman lainnya yang nanyain “udah kerja dimana?”, rasanya kaya ditanyain kapan kawin ajah,, (hahaha, curhat gueh).

Okeh, ceritanya itu gini, awal kelulusan, dari sekian puluh lamaran yang saya sebar, gak ada satupun yang berhasil diterima (ngenes banget nasib gueh). Sampai pada suatu hari saya melamar di suatu perusahaan X, padahal waktu itu saya memang gak pernah minat melamar di perusahaan, tapi ya daripada gak, saya mencoba saja, toh gak ada salahnya, yang penting halal. Singkat cerita, waktu itu saya berhasil seleksi administrasi, lalu diundang untuk mengikuti tes wawancara dan psikotes. Untuk psikotes yah setidaknya IQ saya gak jelek-jelek banget, nah permasalahannya ada pada tes wawancara. Waktu itu saya langsung berhadapan dengan HRD perusahaan tersebut, setelah dia melihat track record saya si HRD berkata kepada saya, “kalau dilihat dari CV kamu, kenapa kamu gak lanjutin kuliah aja? Kenapa gak ngajar jadi dosen..?” jleeb, seakan si HRD bisa membaca pasiion saya yang memang lebih interest di bidang penelitian. Singkat cerita setelah tanya jawab, sebelum menutup wawancara si HRD mengatakan hal yang sampai saat ini masih saya ingat, karena sangking membekasnya di hati, “Setelah wawancara tadi, saya akan menyampaian tentang kamu ke atasan saya, kalau dilihat dari penilaian saya, kamu cocok untuk menempati posisi ini, tapi yah yang memutuskannya bukan saya tapi atasan saya, jadi nanti keputusannya paling lambat hari jumat saya hubungi, tetapi jika saya tidak menghubungi kamu, itu berarti ada tempat yang lebih baik untuk kamu bekerja dibandingkan kamu bekerja perusahaan ini...”

Udah bisa ditebak gimana akhirnya?? Yah saya katakan penantian ini berakhir dengan happy ending, sampai hari sabtu saya gak dihubungin balik oleh HRD perusahaan itu. Itu artinya saya gagal diterima perusahaan ini. Tapi kenapa saya katakan happy ending?. Itu karena saya melihat kegagalan ini dari sudut pandang apa yang dikatakan oleh HRD tadi, yaitu apabila saya gagal disini itu artinya ada pekerjaan yang lebih baik untuk saya sedang menunggu di depan sana, jadi saya fine-fine ajah. Lain halnya jika saya memandang dari sudut pandang bahwa kegagalan saya diperusahaan ini artinya bahwa ini adalah akhir segalanya, atau menuduh HRD tadi PHP kepada saya, atau sisi negatif lainnya, tentunya hati saya dipenuhi dengan perasaan sedih, galau, marah, bahkan dendam sama itu HRD yang udah PHP’in saya. Intinya adalah bagaiman kita melihat kegagalan dari sisi positif, dijamin deh kamu gak ngerasa galau.

Lalu, bagaimana dengan meniti kegagalan seperti yang dituliskan pada judul artikel ini?, kenapa gak meniti kesuksesan ajah?. Menurut saya, meniti kesusksesan itu udah terlalu mainstream, padahal meniti kegagalan itu sama pentingnya dengan meniti kesuksesan yang berjalannya seiringan dalam kehidupan kita. Ibarat roda yang berputar kadang diatas dan kadang di bawah, meski kadang gak enak, tapi itulah hidup, kalau gak gitu hidup mu gak jalan dengan bener (hehehe).

Meniti kegagalan artinya kita harus berteman baik dengan kegagalan. Artinya menyikapi dengan positif kegagalan yang ada. Baik dengan melihatnya dari sudut pandang positif maupun menyikapinya dengan usaha positif. Bagi saya, saya memiliki prinsip, bahwa kegagalan itu adalah rezeki. Jika mendapatkan uang adalah rezeki, maka kehilangan uang pun artinya rezeki (rezeki yang dialihkan ke orang lain), pun demikian kesuksesan diterima disuatu pekerjaan adalah rezeki, dan juga sebaliknya kegagalan adalah rezeki pula. Dan konsepsi rezeki ini hanya Allah lah yang Kuasa untuk memberikannya kepada siapa-siapa saja yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.

Rezeki ini udah ditetapin oleh Allah mulai sebelum kita lahir ke dunia sampai kita meninggal nanti. Artinya kita udah ditetapin “jatah” oleh Allah dalam hal rezeki. Jadi, kita udah punya jatah rezeki masing-masing yang gak bakalan ketukar, rezeki sukses maupun rezeki gagal. Nah, meniti kegagalan artinya meniti satu per satu jatah kegagalan kita, sampai jatah itu habis. Saya punya prinsip, jika saya punya jatah gagal, maka akan saya habiskan jatah gagal saya itu di waktu muda, sehingga di waktu tua saya tinggal menikmati jatah sukses aja lagi, ibarat pribahasa bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.

Kamu sering mendengar cerita orang-orang sukses kan? Biasanya kebanyakn mereka berawal dari kegagalan-kegagalan yang cukup menguras hati dan pikiran. Tapi setelah mereka sukses, kegagalan pun mulai berkurang bahkan jarang terjadi pada mereka yang sudah terbiasa gagal di masa mudanya. Contoh aja Thomas Alfa Edition, awalnya kan cuma tukang telegram, miskin, cuma penjual koran, terus pas bereksperimen gagal mulu, tapi pas udah berada di puncaknya kesuksesan, kegagalan pun mulai berkurang, yang ada sampai akhir hayatnya dihormati dan menjadi penemu besar.

Intinya dari tulisan ini, titilah kegagalan mu, jangan jadikan kegagalan penghalang sukses mu. Pandanglah dan sikapi kegagalan dari sudut pandang positi, dengan begitu kau bisa berteman baik dengan kegagalan hingga jatah gagal mu habis, dan yang tersisa adalah jatah kesuksesan mu di hari tua mu.

Oh ya satu lagi, saya udah membuktikan kata-kata HRD yang udah nolak saya, bener kata dia, katika saya gagal di perusahaan dia, itu artinya ada tempat bekerja yang lebih baik daripada perusahaannnya. Beberapa bulan setelah insiden itu, Alhamdulillah saya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dibandingkan perusahaan itu, saya pun mengambil hikmah di dalam kegagalan itu, bahwa seandainya saja saya diterima di perusahaan itu, saya mungkin gak bakalan dapat pekerjaan yang saya senangi dan sesuai dengan passion saya seperti yang sekarang ini.

-end-
 
Banjarmasin, 15 September 2015
0:01 AM 



NB: Hak cipta dan Hak milik hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala,, namun... ada baiknya jika di copas menyertakan link blog ini... sangpendambasurga@blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar