Bismillahirrahmanirrahim
“Kesuksesan dan
kegagalan itu ibarat teman dekat, apabila kau belum bisa berteman dengan
kesuksesan, maka bertemanlah dengan kegagalan, karena dengan begitu dia
(kegagalan) akan mendekatkan mu dengan kesuksesan” (Anonim,2015)
Pernahkah
kalian gagal?? Saya yakin 99% menjawab pernah. Kegagalan memang menjadi suatu
momok yang menakutkan bagi sebagain orang, suatu yang dimusuhi bahkan dihindari
oleh mereka yang tak mau merasakan betapa perihnya kegagalan. Seperti yang
diungkapkan pernyataan paling atas, bahwa kegagalan itu adalah kawan dekat dari
kesuksesan, apabila belum mendapatkan kesuksesan berarti anda mendapatkan
kegagalan. Nah, kegagalan inilah yang sepatutnya kita jadikan teman, meskipun
pada hakikatnya kita pastinya menginginkan kesuksesan.
Bagaimana berteman
dengan kegagalan? Secara kegagalan itu menyakitkan, memalukan, bahkan
mematahkan harapan. Sebenarnya, kegagalan itu tak melulu soal yang pahit-pahit,
percaya deh. Sebenarnya rasa kegagalan itu tergantung darimana sudut pandang
kita melihatnya. Beneran deh, contohnya saja, saya yang sering kali ditolak
orang dalam hal melamar (pekerjaan), tentunya bagi orang yang melihat dari
sudut pandang diterimanya lamaran itu adalah kesuksesan dan ditolaknya adalah
kegagalan, maka ketika hal tersebut terjadi maka yang dirasakan adalah perasaan
sedih, sakit karena merasa usahanya tak berbuah seperti yang diharapkan. Kalau saya
sebenarnya memandang ketika saya ditolak oleh sebuah pekerjaan, maka itu
artinya Allah masih menyembunyikan pekerjaan yang lebih baik dari yang saya
lamar ini, dan ketika saya mengingat itu, saya paling-paling galau 1-2 jam,
terus semangat lagi nyari pekerjaan apa lagi yang memang cocok dan layak untuk passion
saya.
Ini pernah
terjadi kepada saya, seperti kebanyakan fresgraduated lainnya, mencari
pekerjaan di awal-awal kelulusan menjadi momok tersendiri. Di kosan udah gak
bisa lagi, ke kampus gak bisa ngapa-ngapain, di rumah dimarahin, nganggur
malu-maluin, dan sebagainya. Jadilah berlomba-lomba mencari pekerjaan, yah
syukur-syukur diterima di instansi yang linear dengan jurusan kuliah atau
instansi yang branded, kalau gak, yah minimal pekerjaan dengan gajih
UMR, yang penting gak nganggur di rumah (titik). Kadang, hal itu juga
diperparah dengan sudah banyaknya teman-teman angkatan kita yang udah bekerja,
duuh rasanya galau banget kan??. Belum lagi kalau ketemu tetangga, teman
mama/papa, kolega, dosen, teman lainnya yang nanyain “udah kerja dimana?”,
rasanya kaya ditanyain kapan kawin ajah,, (hahaha, curhat gueh).
Okeh, ceritanya
itu gini, awal kelulusan, dari sekian puluh lamaran yang saya sebar, gak ada
satupun yang berhasil diterima (ngenes banget nasib gueh). Sampai pada suatu
hari saya melamar di suatu perusahaan X, padahal waktu itu saya memang gak
pernah minat melamar di perusahaan, tapi ya daripada gak, saya mencoba saja,
toh gak ada salahnya, yang penting halal. Singkat cerita, waktu itu saya
berhasil seleksi administrasi, lalu diundang untuk mengikuti tes wawancara dan
psikotes. Untuk psikotes yah setidaknya IQ saya gak jelek-jelek banget, nah
permasalahannya ada pada tes wawancara. Waktu itu saya langsung berhadapan
dengan HRD perusahaan tersebut, setelah dia melihat track record saya si
HRD berkata kepada saya, “kalau dilihat dari CV kamu, kenapa kamu gak lanjutin
kuliah aja? Kenapa gak ngajar jadi dosen..?” jleeb, seakan si HRD bisa membaca pasiion
saya yang memang lebih interest di bidang penelitian. Singkat cerita
setelah tanya jawab, sebelum menutup wawancara si HRD mengatakan hal yang
sampai saat ini masih saya ingat, karena sangking membekasnya di hati, “Setelah
wawancara tadi, saya akan menyampaian tentang kamu ke atasan saya, kalau
dilihat dari penilaian saya, kamu cocok untuk menempati posisi ini, tapi yah
yang memutuskannya bukan saya tapi atasan saya, jadi nanti keputusannya paling
lambat hari jumat saya hubungi, tetapi jika saya tidak menghubungi kamu, itu
berarti ada tempat yang lebih baik untuk kamu bekerja dibandingkan kamu bekerja
perusahaan ini...”
Udah bisa
ditebak gimana akhirnya?? Yah saya katakan penantian ini berakhir dengan happy
ending, sampai hari sabtu saya gak dihubungin balik oleh HRD perusahaan itu.
Itu artinya saya gagal diterima perusahaan ini. Tapi kenapa saya katakan happy
ending?. Itu karena saya melihat kegagalan ini dari sudut pandang apa yang
dikatakan oleh HRD tadi, yaitu apabila saya gagal disini itu artinya ada
pekerjaan yang lebih baik untuk saya sedang menunggu di depan sana, jadi saya fine-fine
ajah. Lain halnya jika saya memandang dari sudut pandang bahwa kegagalan
saya diperusahaan ini artinya bahwa ini adalah akhir segalanya, atau menuduh
HRD tadi PHP kepada saya, atau sisi negatif lainnya, tentunya hati saya
dipenuhi dengan perasaan sedih, galau, marah, bahkan dendam sama itu HRD yang
udah PHP’in saya. Intinya adalah bagaiman kita melihat kegagalan dari sisi
positif, dijamin deh kamu gak ngerasa galau.
Lalu, bagaimana
dengan meniti kegagalan seperti yang dituliskan pada judul artikel ini?, kenapa
gak meniti kesuksesan ajah?. Menurut saya, meniti kesusksesan itu udah terlalu
mainstream, padahal meniti kegagalan itu sama pentingnya dengan meniti
kesuksesan yang berjalannya seiringan dalam kehidupan kita. Ibarat roda yang
berputar kadang diatas dan kadang di bawah, meski kadang gak enak, tapi itulah
hidup, kalau gak gitu hidup mu gak jalan dengan bener (hehehe).
Meniti kegagalan
artinya kita harus berteman baik dengan kegagalan. Artinya menyikapi dengan
positif kegagalan yang ada. Baik dengan melihatnya dari sudut pandang positif
maupun menyikapinya dengan usaha positif. Bagi saya, saya memiliki prinsip, bahwa
kegagalan itu adalah rezeki. Jika mendapatkan uang adalah rezeki, maka
kehilangan uang pun artinya rezeki (rezeki yang dialihkan ke orang lain), pun
demikian kesuksesan diterima disuatu pekerjaan adalah rezeki, dan juga
sebaliknya kegagalan adalah rezeki pula. Dan konsepsi rezeki ini hanya Allah
lah yang Kuasa untuk memberikannya kepada siapa-siapa saja yang Dia kehendaki
tanpa perhitungan.
Rezeki ini udah
ditetapin oleh Allah mulai sebelum kita lahir ke dunia sampai kita meninggal
nanti. Artinya kita udah ditetapin “jatah” oleh Allah dalam hal rezeki. Jadi,
kita udah punya jatah rezeki masing-masing yang gak bakalan ketukar, rezeki
sukses maupun rezeki gagal. Nah, meniti kegagalan artinya meniti satu per satu
jatah kegagalan kita, sampai jatah itu habis. Saya punya prinsip, jika saya
punya jatah gagal, maka akan saya habiskan jatah gagal saya itu di waktu muda,
sehingga di waktu tua saya tinggal menikmati jatah sukses aja lagi, ibarat
pribahasa bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.
Kamu sering
mendengar cerita orang-orang sukses kan? Biasanya kebanyakn mereka berawal dari
kegagalan-kegagalan yang cukup menguras hati dan pikiran. Tapi setelah mereka
sukses, kegagalan pun mulai berkurang bahkan jarang terjadi pada mereka yang
sudah terbiasa gagal di masa mudanya. Contoh aja Thomas Alfa Edition, awalnya
kan cuma tukang telegram, miskin, cuma penjual koran, terus pas bereksperimen
gagal mulu, tapi pas udah berada di puncaknya kesuksesan, kegagalan pun mulai
berkurang, yang ada sampai akhir hayatnya dihormati dan menjadi penemu besar.
Intinya dari
tulisan ini, titilah kegagalan mu, jangan jadikan kegagalan penghalang sukses
mu. Pandanglah dan sikapi kegagalan dari sudut pandang positi, dengan begitu
kau bisa berteman baik dengan kegagalan hingga jatah gagal mu habis, dan yang
tersisa adalah jatah kesuksesan mu di hari tua mu.
Oh ya satu
lagi, saya udah membuktikan kata-kata HRD yang udah nolak saya, bener kata dia,
katika saya gagal di perusahaan dia, itu artinya ada tempat bekerja yang lebih
baik daripada perusahaannnya. Beberapa bulan setelah insiden itu, Alhamdulillah
saya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dibandingkan perusahaan itu, saya
pun mengambil hikmah di dalam kegagalan itu, bahwa seandainya saja saya
diterima di perusahaan itu, saya mungkin gak bakalan dapat pekerjaan yang saya
senangi dan sesuai dengan passion saya seperti yang sekarang ini.
-end-
0:01 AM
NB: Hak cipta dan Hak milik hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala,, namun... ada baiknya jika di copas menyertakan link blog ini... sangpendambasurga@blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar