Kamis, 09 Juni 2011

Ketika CInta menggoda... ^^

Bismillahirahmanirahim...
Assalamu'alaikum warohmatullahi wa barokatuh...
Virus cinta memang mematikan. Ia menutup mata, telinga, dan mulut orang yang tengah diselimuti aroma romantisme cinta. Mata akan selalu tertutup selama cinta itu bersemayam dalam hati si pecinta, sehingga ia pun tak akan peduli tentang paras dan tingkah laku orang yang dicintai, termasuk pandangan orang lain terhadap pujaan hatinya. Pun dengan telinga si pecinta yang akan selalu tertutup terhadap segala tutur kasar atau kurang sopan yang diucapkan pujaan hati, juga tertutup terhadap nasihat orang-orang di sekitarnya. Meski orangtua yang selama ini dihormatinya turun tangan dalam memberi nasihat yang baik padanya, ia malah akan memandangnya sebagai suatu penghalang bagi hatinya yang tengah dilanda cinta. Tak pelak banyak hubungan orangtua dan anak yang remuk kala sang anak dimabuk cinta. Begitu pula dengan mulut si pecinta yang akan tetap terkatup lantaran ketakjubannya pada pujaan hati, meski kemudian muncul hal-hal tidak menyenangkan dalam hubungannya dengan pujaan hati. Pantaslah banyak kasus kekerasan dalam hubungan pacaran ataupun KDRT dalam hubungan suami istri yang jarang terungkap tuntas. Pantaslah banyak kasus aborsi yang kini makin tak terhindarkan di kalangan remaja kita. Mengapa demikian? Karena di usia remaja ini lah, para pemuda pemudi kita mengalami suatu masa yang disebut pubertas dan biasanya mulai mengenal dan menikmati cinta lewat suatu ikatan bernama pacaran. Masa mereka menikmati manisnya cinta ini, biasanya para remaja ini bersedia untuk melakukan apapun demi orang yang dicintainya. Sungguh inilah salah satu godaan terbesar yang setan sodorkan pada manusia. Kalau boleh diasosiasikan dengan para ikhwah akan jadi seperti ini: para ikhwah adalah orang-orang yang selama ini mencoba menjaga hati dan perasaannya terhadap lawan jenis mereka karena selama ini mereka didoktrin tentang hubungan yang dihalalkan hanyalah hubungan dalam ikatan pernikahan. Jadi ketika ikhwah merasakan jatuh cinta dalam interaksinya dengan lawan jenisnya, maka para ikhwah ini tak ada bedanya dengan para remaja yang tengah dilanda cinta pada usia pubertas mereka. Hanya saja ketika ikhwah jatuh cinta, maka akan dapat menimbulkan ekses positif maupun negatif.

Ketika ikhwah jatuh cinta dapat menimbulkan ekses positif apabila ketika ia jatuh cinta, ia mencontoh sikap Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra yang sebenarnya telah saling tertarik alias jatuh cinta jauh sebelum mereka dinikahkan oleh Rasulullah SAW yang merupakan ayahanda Fatimah Az Zahra. Namun meski ada cinta yang telah bersemayam, mereka tidak pernah saling mengutarakan perasaannya, baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan. Sikap menjaga hijab diantara keduanya tetap berlaku seperti layaknya hijab yang mereka berlakukan manakala berinteraksi dengan lawan jenis lainnya. Keduanya tetap saling menjaga pandangannya. Pun ketika Rasulullah SAW menyatakan pada Fatimah bahwa beliau berniat menikahkannya dengan seseorang, tak ada sepatah kata pun yang diucapkan Fatimah untuk meminta pada ayahandanya agar menjadikan Ali sebagai calon suaminya. Inilah potret cinta ikhwah yang indah. Manakala hati tetap dijaga dengan menjaga lisan, tulisan, dan perbuatan terhadap orang yang sebenarnya kita cintai. Saya pun jadi teringat nasihat seorang saudari seiman dulu sebelum saya mengenal tarbiyah ini. Beliau mengatakan pada saya bahwa apabila kita menahan perasaan cinta dan tidak mengungkapkannya lewat lisan, tulisan, ataupun perbuatan kemudian kita mati dengan tetap masih menahan perasaan tersebut tanpa pernah mengungkapkannya, maka matinya kita adalah syahid. Subhanallah! Betapa Allah menghargai sikap sederhana tersebut dengan gelar kemuliaan syahid yang banyak diidamkan orang yang beriman. Ekses positif lainnya yang dapat muncul yaitu makin taqorrub-nya orang yang jatuh cinta pada sang Khalik, motivasi baginya untuk cepat lulus, lebih sukses, lebih mapan, lebih sholeh/sholehah, lebih ghodul bashor,dan lebih-lebih lainnya yang pada akhirnya akan menjadi bekalnya untuk siap memasuki gerbang pernikahan yang Allah ridhoi.

Namun sayangnya, ketika ikhwah jatuh cinta pun dapat menimbulkan ekses negatif manakala ia tak dapat mengendalikan perasaannya. Mungkin iya, ia menjaga lisannya hingga tak terucap kata cinta atau sayang pada pujaan hatinya. Namun terkadang seringkali ikhwah khilaf dalam tulisan dan perbuatan yang dilakukannya kala berinteraksi dengan pujaan hatinya. Banyaknya kasus sms mesra, banyaknya kasus sms curhat, banyaknya ikhwan akhwat yang saling nge-take-in calon mempelainya, banyaknya proses ta’aruf yang berlarut-larut, banyaknya hubungan tanpa status (HTS) antara ikhwan akhwat yang sama saja dengan orang yang berpacaran, dan sebagainya merupakan contoh nyata ekses negatif yang muncul manakala ikhwah jatuh cinta.


“Sesungguhnya fitnah selalu ditampakkan pada hati.
Jika hatimu merasa senang dengannya maka satu titik hitam digoreskan padanya,
dan jika ia ingkari maka satu titik putih diletakkan padanya.”
– Hudzaifah bin Yaman


Sungguh, tak takutkah kita akan murka-Nya?


“Alhaqqu tsaqilun mariyyun,
walbathilu khafifun wabiyun,
wa rubba syahwatin turitsu huznan thawilan
(Kebenaran itu berat dan lezat, batil itu ringan dan membawa laknat.
Berapa banyak syahwat telah menyebabkan duka yang panjang?).”
– Ibnu Mas’ud.


wallahu'alam bishowab

(dari sebuah grup; penulis izzah Islam)

Minggu, 05 Juni 2011

MAHAGURU DAN NELAYAN

inspirasikita.com



Pada suatu waktu, ada seorang mahaguru yang ingin mengambil break dari kehidupannya sehari-hari sebagai akademisi. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke sebuah pantai dan meminta seorang nelayan untuk membawanya pergi melaut sampai ke horizon.

Seperempat perjalanan, mahaguru tersebut bertanya, "Wahai nelayan, apakah Anda mengenal ilmu geografi?"

Sang nelayan menjawab, "ilmu geografi yang saya ketahui adalah kalau di laut sudah mulai sering ombak pasang, maka musim hujan segera akan tiba."

"Nelayan bodoh!" kata mahaguru tersebut.

"Tahukah kamu bahwa dengan tidak menguasai ilmu geografi kamu sudah kehilangan seperempat kehidupanmu."

Seperempat perjalanan berikutnya, mahaguru tersebut bertanya pada nelayan apakah dia mempelajari ilmu biologi dan sains? Sang nelayan menjawab bahwa ilmu biologi yang dia kenal hanyalah mengetahui jenis ikan apa saja yang dapat dimakan. "Nelayan bodoh, dengan tidak menguasai sains kamu sudah kehilangan seperempat kehidupanmu." Kemudian mahaguru tersebut bercerita tentang Tuhan yang menciptakan umat manusia dengan struktur tubuh, kapasitas otak yang sama, dan lain-lain.

Selanjutnya mahaguru tersebut bertanya apakah nelayan tersebut mempelajari matematika? Sang nelayan menjawab bahwa matematika yang dia ketahui hanyalah bagaimana cara menimbang hasil tangkapannya, menghitung biaya yang sudah dikeluarkannya, dan menjual hasil tangkapannya agar dapat menghasilkan keuntungan secukupnya. Lagi-lagi mahaguru tersebut mengatakan betapa bodohnya sang nelayan dan dia sudah kehilangan lagi seperempat kehidupannya.

Kemudian, di perjalanan setelah jauh dari pantai dan mendekati horizon, mahaguru tersebut bertanya, "apa artinya awan hitam yang menggantung di langit?"

"Topan badai akan segera datang, dan akan membuat lautan menjadi sangat berbahaya." Jawab sang nelayan.

"Apakah bapak bisa berenang?" Tanya sang nelayan.

Ternyata sang mahaguru tersebut tidak bisa berenang. Sang nelayan kemudian berkata,

"Saya boleh saja kehilangan tiga-perempat kehidupan saya dengan tidak mempelajari tiga subyek yang tadi diutarakan oleh mahaguru, tetapi mahaguru akan kehilangan seluruh kehidupan yang dimiliki."

Kemudian nelayan tersebut meloncat dari perahu dan berenang ke pantai sedangkan mahaguru tersebut tenggelam.

Demikian juga dalam kehidupan kita, baik dalam pekerjaan ataupun pergaulan sehari-hari. Kadang-kadang kita meremehkan teman, anak buah ataupun sesama rekan kerja. Kalimat "tahu apa kamu" atau "si anu tidak tahu apa-apa" mungkin secara tidak sadar sering kita ungkapkan ketika sedang membahas sebuah permasalahan. Padahal, ada kalanya orang lain lebih mengetahui dan mempunyai kemampuan spesifik yang dapat mengatasi masalah yang timbul.

Seorang operator color mixing di pabrik tekstil atau cat mungkin lebih mengetahui hal-hal yang bersifat teknis daripada atasannya. Intinya, orang yang menggeluti bidangnya sehari-hari bisa dibilang memahami secara detail apa yang dia kerjakan dibandingkan orang 'luar' yang hanya tahu 'kulitnya' saja.

Mengenai kondisi dan kompetisi yang terjadi di pasar, pengetahuan seorang marketing manager mungkin akan kalah dibandingkan dengan seorang salesperson atau orang yang bergerak langsung di lapangan.

Atau sebaliknya, kita sering menganggap remeh orang baru. Kita menganggap orang baru tersebut tidak mengetahui secara mendalam mengenai bisnis yang kita geluti. Padahal, orang baru tersebut mungkin saja membawa ide-ide baru yang dapat memberikan terobosan untuk kemajuan perusahaan.

Sayangnya, kadang kita dibutakan oleh ego, pengalaman, pangkat dan jabatan kita sehingga mungkin akan menganggap remeh orang lain yang pengalaman, posisi atau pendidikannya di bawah kita. Kita jarang bertanya pada bawahan kita. Atau pun kalau bertanya, hanya sekedar basa-basi, pendapat dan masukannya sering dianggap sebagai angin lalu.

Padahal, kita tidak bisa bergantung pada kemampuan diri kita sendiri, kita membutuhkan orang lain. Keberhasilan kita tergantung pada keberhasilan orang lain. Begitu sebuah masalah muncul ke permukaan, kita tidak bisa mengatasinya dengan hanya mengandalkan kemampuan yang kita miliki. Kita harus menggabungkan kemampuan kita dengan orang lain.

Sehingga bila perahu kita tenggelam, kita masih akan ditolong oleh orang lain yang kita hargai kemampuannya. Tidak seperti mahaguru yang akhirnya ditinggalkan di perahu yang sedang dilanda topan badai dan dibiarkan mati tenggelam karena tidak menghargai kemampuan nelayan yang membawanya.

Yang jadi pertanyaan kita sekarang, apakah kita masih suka bertingkah laku seperti sang mahaguru? Bila ya, seberapa sering?



Sumber artikel, dari buku:

Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi.

Jumat, 03 Juni 2011

Penting g’ sih mengkaji islam??? Hmm…..


Mungkin bagi para penghuni kampus (khususnya mahapelajar;)  sangat familiar dengan ajakan seperti,,
“eh sore ini ada Pengajian lo di histo, ikut yah,, gratis lo, dapat makan lagi,, yukk nambah ilmu….”
Atau sms dari jarkom… “Hari ini liqo ya, harap datang jam 4.30 di AB…..”
Atau poster yang nangkring di Mading (entah di baca ato g’) dan semisal ajakan lainnya untuk hadir di liqo, pengajian, Tsaqofah, Kajian islam de’el’el. Jujur,,, banyak lo (khususnya di kampus ana) ajakan tuk memperkaya dan upgrading khazanah pengetahuan islam. Namun kenyataan tak selalu berbanding lurus dengan harapan. Meski banyak dan gencar (Insya Allah) mengajak rekan-rekan kampus tuk upgrading pengetahuan islam mereka, tetapi kenyataannya banyak dari mereka yang g’ bisa datang dengan berbagai alasan, ada yang lagi nyuci baju-lah (betatapas;), ada yang sibuk ngerjakan tugas, ada yang sibuk kerja kelompok, ada yang sibuk tidur siang, ada yang sibuk pacaran (nah lo), de’el’el seabrek alasan lainnya, hmm…..
Lalu,, yang jadi pertanyaannya ”apakah mengkaji ilmu-ilmu islam itu penting? Seberapa penting sih?”
Jawabannya hanya ada dua yaitu penting dan sangat penting… nah lo??
Kenapa begitu??
Ehm…. Ana jadi teringat ada seorang ustadz yang bilang,, “Meskipun antum fasih berbahasa Indonesia, antum belum tentu masuk surga tapi jika antum g’ bisa fasih baca tulis bahasa arab,, antum mungkin g’ bisa masuk surga,,” (wew…..)
Nah,,, trus apa hubungannya bahasa arab sama masuk surga??
Hmm,,, kalo dipikir-pikir (bagi yg g’ males mikir) bener juga sih kata ustadz (yah emang bener), coba kalo kita g’ bisa baca tulis bahasa arab,, gimana kita bisa baca qur’an?? Gimana kita bisa sholat kalo g’ bisa baca qur’an?? Trus gimana baca bacan sholat kalo g’ fasih pake bahasa arab?? Hayooo??? Yah mungkin kalo bagi orang-orang yang emang basic-nya di pesantren ato Madrasah sih g’ masalah,, tapi bagi antum wa antuna yang berasal dari sekolah umum gimana??? (makanya bagi yg ngerasa masih kurang baca tulis bahasa arabnya,, mending ikut KDI (kajian Dasar Islam) KSI-A tiap hari kamis 2 minggu sekali ba’da Ashar di histology lt 3 dan terbuka untuk umum GRATIIIIIIIIS….. dapat snack lagi (Insya Allah)) (promosi program divisi g’ pp kan hehehehe).
Nah… gitu juga dengan mengkaji ilmu-ilmu islam lainnya,,, ilmu-ilmu islam itu g’ Cuma sebatas bahasa arab, ngaji, ngapal surah ato hadits, tapi banyak macamnya,,, sama seperti ibadah,, ibadah g’ Cuma sebatas sholat dan ngaji doang… makan, nyuci baju, belajar, ngepel lantai, nyapuin rumah sampai tidur pun bisa disebut ibadah lo?? Jadi siapa bilang qt g’ bisa full 24 jam sehari semalam kali sebulan pangkat setahun ngelakuin ibadah??? Hooo (paham???). nah pertanyaannya,, gimana bisa mengubah hal-hal mubah tersebut menjadi bernilai ibadah?? Tentunya harus ada ilmunya dunkz… hen…..
Coba semisalnya antum pingin sholat?? Pasti ada tatacaranya dunkz?? Gimana rukunnya, gimana syaratnya de’el’el,, coba kalo qt g’ punya ilmunya?? Gimana mau sholatnya keterima?? Sama dengan ibadah-ibadah lainnya,, harus ada ilmunya, tanpa ilmu agama itu buta… hmm… makanya Rasulullah bersabda bahwa menuntut ilmu itu WAJIB BAGI LAKI-LAKI MAUPUN PEREMPUAN… tanpa ilmu kita g’ bisa ibadah, tanpa ibadah apalah hidup kita?? Bukankah kita diciptakan untuk beribadah kepada Allah??
Soo…. Memahami, menambah, dan mengkaji ilmu-ilmu islam itu penting bagi keberlangsungan ibadah kita kepada Allah,, tanpa ilmunya gimana mau ibadah?? Nah sudah paham betapa pentingnya mengkaji ilmu-ilmu islam??? Kalo paham Alhamdulillah,, kalo belum yah di pahamin lagi… ;)
Nah,, mungkin masalah dari rekan-rekan kita yang g’ bisa berhadir tu karena kesibukan mereka,, “aku lagi sibuk nih nulis laporan” atau “aku pengen konsen dulu buat ujian quis besok” atau “aku pengen bobo sore ini” atau “aku lagi jalan sama pacar ku (hmm…)” okelah kalo gitu….
Ikhwah fillah yang ana cintai…. Semua manusia itu sebenarnya sibuk… orang yang lagi belajar, lagi ngerjain tugas, lagi nyuci baju atau yang lagi tidurpun bisa dibilang lagi sibuk… nah sibuk itu tergantung difinisi pikiran kita masing-masing,,, jadi jangan heran,, orang yang kelihatannya g’ kerja apa-apapun bisa juga dibilang lagi sibuk… Jadi teringat pula kata seorang dosen eko-kes ana (kurang lebihnya kaya gini),, “jangan bangga kalo punya banyak kerjaan kesibukan, di telepon sana-sini, kesana-kemari, sampai-sampai anda harus mengorbankan salah satu kewajiban kita karena kesibukan tersebut,, jika sampai demikian berarti kita bukan orang yang professional dalam memanajemen waktu dalam hidup kita…..” ada hal yang ana ambil dari perkataan dosen tersebut, bahwa kualitas hidup kita itu ditentukan oleh keprofesionalan kita dalam memanajemen waktu…
Ikhwah fillah sekalian… pernah denger cerita tentang 3 mie instan?? (y udah,, ana critain az) Suatu hari, ada seorang ibu-ibu yang membeli 3 bungkus mie instan di pasar. Ketika si ibu pulang dari pasar, 3 orang anak si ibu ini ternyata sedang kelaparan berat (tapi g’ sampai marasmus ato kwashiorkor lo ;). Lalu dengan ringan hati si ibu ini memberikan 3 mie instan yang tadi ia beli kepada 3 orang anaknya tadi (meski sang ibu juga ternyata lapar juga T,T). Si Anak-anaknya tadi langsung ke dapur untuk memasak mie instan tadi. Karena sangking laparnya, si anak ke 3 Cuma memasak mie goreng dengan cara di seduh dengan air panas. Sementara itu si anak 2 meskipun ia juga sangat lapar, ia tetap memasak mie goreng tadi sesuai perundang-undangan yang berlaku yakni di rebus. Setelah mie goreng tadi siap disantap, ke-2 anak tadi langsung menyantap mie yg sudah dimasak, tapi mereka berdua tidak melihat anak 1, lalu setelah anak ke 3 selesai menghabiskan makanannya, si anak ke 3 ini pergi ke dapur. Ternyata ia sedang melihat anak 1 masih memasak mie goreng miliknya. Dan ternyata si anak 1 ini memasak mie dengan cara yang lebih ruwet dari saudaranya yaitu dengan cara di rebus lalu digoreng ulang dengan tambahan bawang dan sayuran. meski dalam rasa yang lapar, anak 1 tadi dengan sabar memasak mie gorengnya. Dan ternyata setelah mie goreng tadi dimasak sedemikian rupa, mie goreng yang biasanya 1 piring menjadi lebih banyak dari punya saudara-saudaranya (mungkin karena ditambah sayuran kali??) sehingga si anak 1 tadi bisa berbagi dengan ibunya yang juga sedang lapar.
Nah… apa yang bisa kita ambil dari cerita diatas?? (semoga g’ ada yg miler dengar cerita mie goreng special tadi ya ;) hikmahnya yaitu,, (pikirkan sendiri az yah,, heheheh)
Coba pikirkan,, lebih enak mana mie yang Cuma diseduh dengan air panas? Dengan direbus biasa? Ataukah dengan digoreng secara special?? Pasti jawabannya mie yang di goreng secara special tadi kan?? (hayoo ngaku). Padahal mie-mie goreng tersebut merknya sama, produksi sama, tempat beli sama, dan dibeli orang yang sama. Tapi bagaimana bisa menghasilkan rasa yang berbeda?? kualitas Rasa tergantung dari cara kita memasaknya. Nah begitu juga dengan diri kita,, kualitas diri kita tergantung dari keprofesionalan kita dalam memanajemen (“memasak”) waktu kita. Dengan manajemen waktu yang baik kita dapat menambah kualitas diri kita bahkan dapat memberikan manfaat kepada orang-orang di sekitar kita (seperti anak 1 yg dpt berbagi mie dgn ibunya).
Ikhwah fillah… Kita diberi waktu yang sama 24 jam, kita sama-sama kuliah di fakultas yang sama di prodi yang sama, kita sama-sama jauh dari ortu dan ngekos, tapi  kok diantara kita ada orang-orang yang berbeda. Ada orang yang aktiv (aktivis) dalam berorganisasi meski seabrek quis dan ujian menunggu besok hari. Tapi ada juga orang yang meski hanya punya kerjaan nyapu kos tapi lagaknya orang sibuk yg g’ bisa b’hadir dlm suatu acara. Itulah bedanya orang yang bisa memanajemen waktu dengan yang g’ bisa...
Ok,, back to upik di atas  ttg “penting g’ sih m’kaji islam?” J
Teman… Allah telah memberikan kemudahan dalam hidup kita untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Bisakah dibayangkan jika hidup kita jauh dari Allah?? (jujur ana pernah merasakannya dan itu sangat-sangat amat hampa terasa hidup jadinya). Teman,, jujur,, terkadang ana merasa miris juga melihat kalian yang sekarang ini banyak yang tak peduli dengan agama kalian,, kalian lebih suka hura-hura bersenda ria dalam kesenangan dunia tetapi kalian sangat malas untuk melangkahkan kaki untuk mengkaji ilmu agama. Kenapa?? Memang begitulah adanya… untuk menuju surga kita harus maju menjadi lebih baik, sedangkan untuk menuju murka-Nya kita hanya perlu berjalan ke belakang sehingga tanpa sadar kita menjadi manusia yang terpuruk. Apalah arti meluangkan waktumu di sore hari selama 2 jam saja teman,, 2 jam dari 24 jam kalian?? 2 jam untuk lebih dekat kepada-Nya,, 2 jam untuk bisa menjadi manusia yang lebih baik, 2 jam untuk menuju keridhoaan-Nya. Coba renungkan,,, apakah anda sekalian yakin 2 jam dalam hidup anda mendapat keridhoan-Nya jika diisi dengan anda nyuci baju, ngerjakan tugas, belajar quis, de’el’el? Apakah anda yakin 2 jam yang anda korbankan untuk hal-hal yang menjadi alasan anda tidak berhadir dalam pengajian dapat anda gunakan semaksimal mungkin?? Coba bandingkan jika kita berhadir dalam majelis pengajian dan sebagainya, paling tidak kita sudah mendapatkan pahala orang yang menuntut ilmu, bukankah orang yang menuntut ilmu itu fi sabilillah?? Apalagi jika dalam majelis itu niat kita memang untuk menuntut ilmu agar kita mendekatkan diri kepada-Nya dan keridhoaan-Nya?? Subhanallah… selain ilmu tersebut akan bermanfaat untuk kita, ilmu itu juga akan bermanfaat bagi orang-orang di sekitar kita. Bukankah setelah kita meninggal semua amal kita terputus selain 3 hal?? Yang salah satunya adalah ilmu yang bermanfaat?? Jadi manfaatkanlah fasilitas (pengajian/liqo/tsaqofah/de’el’el) yang tersedia untuk mengkaji ilmu kita….
Akhirkata… ana Cuma bisa menyajikan tulisan ini untuk kita semua,, Coba renungkanlah…
“Jika masa telah terakhiri, tangan dan kaki, lidah dan diri tak dapat bergerak lagi, anda akan dimasukan kedalam lubang yang sempit, lembab dan gelap, tak ada kawan yg mengawal selain amal. Dan ketika 2 makhluk Allah sedang bertanya pada anda dengan tatapan yang dingin MaRabbuka?? Ma Imamuka? Ma Akhimuka?? Apa yang telah anda siapkan untuk menjawab ujian tersebut?? Belajar,, ya belajar,, maka dari itu belajarlah dan tuntutlah ilmu.. Tanyakanlah pada diri anda,, apakah akan berguna rumus biostatik yang anda hafal?? Apakah akan terpakai hafalah anatomi anda? Apakah berguna tugas makalah anda yang telah anda perjuangkan?? TIDAK… tidak akan berguna selain ilmu agama,,,
waktu anda di dunia itu terbatas dan tak kan berputar kembali lagi,, akan anda isi apa waktu anda?? Apakah anda berakhir hanya menjadi mie yang hanya diseduh air panas? Mie yang hanyadirebus begitu saja? Ataukah mie goreng special yang dapat dibagikan kepada orang lain?? Itulah gunnya waktu yang diisi dengan ilmu…

Wassalam….
NB: Kesalahan itu datangnya dari ana, dan kebenaran itu datangnya dari Allah semata…