Minggu, 17 Juli 2011

CATATAN SEORANG MAHASISWA “Mengubur Diri Sendiri”

Bismillahirrahmanirrahim…
Hmm… ada  yang nyadar g’ sih ada yang aneh dengan tulisan kali ini?? Ya,, g’ seperti biasanya, biasanya judul yang digunakan adalah catatan seorang MaDolz (Mahasiswa Dodolz), lho kenapa Cuma Catatan Seorang Mahasiswa az sih?? Apa si penulis sudah g’ dodol lagi?? Heg,,heg,,heg…
Sebetulnya, g’ ada yang berubah sih secara dramatik dari penulis, Cuma ada sedikit gertakan dari sebuah alunan pemikiran yang dibungkus rapi dalam tulisan sehingga mampu tuk membuka pemikiran sang penulis (dueh). Jadilah sekarang,, Bukan Mahasiswa Dodolz lagi (mungkin suatu kesempatan nanti aku akan menulis artikel Aku Bukan Mahasiswa Dodolz, Insya Allah)
Kenapa judul kali ini namanya mengubur diri??. Apa si penulis (aku) ingin mengubur diri sendiri?? (ya tentu saja bukan mengubur diri secara harfifah... masa ada orang yang mengubur dirinya sendiri??). ya secara maknawiyah-lah, yaitu mengubur potensi–potensi khusus mu (terlepas dari potensi yang bersifat fitrah) yang diberikan Tuhan sebagai bekal untuk menjadi khalifah di muka bumi. Mengubur potensi-potensi khusus mu yang telah Tuhan berikan sama saja mengubur hidupmu. Kenapa?? Tanpa potensi-potensi khusus itu hidupmu hanya akan “sekedar mampir lahir, lalu gede, bereproduksi, kerja lalu mati”. Mau hanya seperti itu hidupmu?? Kalo aku g’ sih, apa bedanya coba hidup seperti itu dengan BINATANG?? AKU INI MANUSIA… (hayoo siapa yang g’ ngaku kalo dia manusia??)
Mungkin ada yang bertanya, mungkinkah aku memiliki potensi-potensi khusus selain kodrat (fitrah)??. Hmm.. mungkin potensi-potensi itu biasa disebut kebanyakan orang dengan BAKAT.” Wah aku kan g’ punya  bakat?” atau “aku g’ tau apa bakat ku” atau “Apa bakatku?? Keluarga ku kan biasa-biasa saja”. Bahkan banyak lagi segelintir pertanyaan plus alasan yang mengingkari di dalam dirinya memang telah diberikan potensi-potensi khusus itu. Sewaktu ku masih SMA, aku sering mendengarkan salah satu acara di sebuah station radio Nasional “Smart FM”.  (setiap malam selasa kalo aq g’ lupa) ada namanya progran “INDONESIAN STRONG FROM HOME” yang dibawakan oleh pakar anak yang akrab disebut “Ayah Edi”. Sejujur aku suka dengan program ini karena selain edukatif, paling tidak memberikan gambaran tentang bagaimana mendidik anak dari rumah sehingga dari situ berawal-lah indonesia yang kuat (hmm.. padahal zaman Rasulullah pun cara ini sudah diajarkan, sehingga terciptalah peradaban Islam yang kokoh (dulu, tp sekarang??? wallahu’alam)).
Salah satu yang ku ingat sampai sekarang adalah kata beliau “Setiap Anak dilahirkan di muka bumi ini memiliki message (pesan) dari Tuhan untuk apa ia dilahirkan, tinggallah kita yang mulai menyadari dan mencari apa pesan Tuhan itu sehingga kita bisa menggamblengnya menjadi pribadi-pribadi yang sesuai dengan pesan yang telah Tuhan Berikan.” (kurang lebih seperti itulah yang ku ingat). Intinya setiap dari diri kita dibekali potensi-potensi itu,, tinggal bagaimana kita mengolahnya. Setiap negara saja kan ada hasil alam-nya, kalau ingin menjadi negara yang makmur tinggal bagaimana caranya kita mengolah potensi-potensi hasil alam itu menjadi sebuah yang bernilai?? Contohnya gampang, Indonesia?? noh katanya banyak kekayaan alam yang terpendam di dalam perut buminya, emas hitam, gas alam, dll?? Tapi apakah banyaknya kekayaan alam yang masih di dalam perut bumi itu membuat Indonesia Makmur?? Malah Indonesia semakin bodoh dengan dibodohi sistem birokasi pemerintah yang mengizinkan pihak asing untuk menguasai 90% diantaranya?? Sehingga pihak asinglah yang memiliki kendali atas potensi-potensi itu. Hoo sungguh tak adil. Tapi kita lihat jepang?? Kekayaan alam?? Hampir tak cukup untuk memenuhi perutnya sendiri, tapi apa?? Iya yakin potensinya bukan pada kekeyaan alam, tapi potensinya pada industri. Tinggalalh ia membangun kerajaan Industrinya sehingga sampai sekarang Jepang bisa mengungguli industri negeri adidaya Amerika. Nah lo?? Masihkah kamu berfikir bahwa kamu terlahir dengan bakat kosong (alis g’ punya bakat apapun)?? Negara az yang begitu besar saja memiliki potensi alam yang berbeda satu sama lainnya, apalagi manusia yang kecil ini?? Sudahlah, buanglah beribu-ribu alasanmu yang mengatakan kamu tak punya bakat. Tuhan itu adil lho?? Jadi g’ anak kaya, anak miskin, anak dari keluarga ini, anak dari keluarga itu, Pastilah diberikan “Bakat”.
Apakah bakat (potensi) saja cukup?? Pastinya yang namanya potensi itu masih berupa potensi jika belum diolah. Bakat akan tak akan “jadi” jika tak terus diasah, sebelum diasah tentunya harus digali, karena kebanyakan orang tak menyadari bakatnya. Dan bakatnya itu masih terpendam di bawah alam sadarnya.
Sebagai contoh az ya, dulu aku bukan tipe orang yang suka bicara di depan publik, jujur aku termasuk anak yang pemalu (kadang sering malu-maluin heheheh). Sampai untuk kegiatan muhadharoh (latihan pidato) kala q SMP pun, ku harus menundukan sebagian pandangan ku (bukan untuk baghadul Bashar lho?? Tapi lebih tepatnya untuk mengurangi rasa canggungku dilihat banyak orang). Hal ini sungguh sangat mengusikku, karena memang muhadharoh itu salah satu kegiatan sekolah yang wajib diikuti semua siswa. Tapi sekarang, banyak (setidaknya lebih dari 2 orang) yang mengatakan bahwa setiap kali aku presentasi atau membawakan sesuatu saat di depan kelas mempunyai gaya yang khas dalam “public speeking”nya. Lantas kenapa jadi bisa seperti itu?? Gadis pemalu dan sekarang menjadi seorang public speeker yang bagus (narsisan SEDIKIT g’ pp kn,,hee sedikit az kok narsisnya). Sejujurnya semua itu sudah ada pada diri ku sendiri. Kuncinya MAU,, MAU akhirnya melahirkan MAMPU (ngutip kata-kata orang lho). Nah kemauan itulah yang membuatku menggali “potensi” berbicara sehingga aku mampu tuk mengembangkan potensi publik speeking ku. Kalau tak mau mana bisa mampu?? Kalau tak mau bereksplorasi dengan “potensi” itu mana bisa potensi berkembang menjadi kemampuanmu. Mungkin ada yang bilang, kamu memang bakat jadi publik speeking de, ya memang aku punya bakat (potensi) untuk itu, bakat (potensi) yang aku punya sejak kecil adalah bicara, jadi tinggal kita mengolah bicara kita menjadi sebuah publik speeking yang mengagumkan.
Stttt… sebenarnya semua “bakat” yang ada pada orang terkenal itu ada pada diri kita lho (terlepas dari bakat jasmaniyah yang memang g’ ada yang bisa menghendaki dan menolaknya) semua bakat itu sudah tersisip dalam diri kita , tinggal kita menggali dan mengasahnya agar menjadi sebuah kemampuan. Kamu mau jadi apa?? Mau jadi publik speeker yang unggul?? Bisa karena hampir semua manusia pasti bisa bicara kan, itulah modal awalmu (potensi) tinggal digali dan dipertajam lagi dengan berlatih bicara. Kamu mau jadi penulis?? Bisa, karena siapa sih yang hari gini g’ bisa nulis atau ngetik di keyboard?? Gunakan potensi awal itu untuk membuat tulisan-tulisan kecil yang akhirnya menjadi karya besar. Kamu mau jadi penyanyi?? Bisa, kan banyak orang yg bisa nyanyi-nyanyi (meski dibilang fales) tapi jika kamu mau dan rajin berlatih vokal pasti deh bisa nyanyi. Kamu mau ini, kamu mau itu, pastinya kamu memiliki potensi awal itu, orang lain bisa,, kenapa kamu g’?? mereka bisa bicara, kamu juga bisa bicara, mereka bisa menulis, kamu juga bisa menulis, tinggal kemampuan yang mana yang ingin kita gali lebih dalam. Dan membuat kita fokus pada hal-hal itu saja sehingga lahirlah kata-kata, kamu punya publik speeking yang bagus, kamu punya gaya menulis yang keren, kamu punya ini dan punya itu yang tentunya bagus.
OK,, jadi siapa yang masih menganggap dirinya g’ punya potensi untuk memiliki KEMAMPUAN di bidang yang ia inginkan, jangan sampai deh secara g’ sadar kamu sudah mengubur potensimu dengan sejuta alasan aku g’ mampu aku g’ bakat?? Intinya…teruslah berlatih…
Sebagai tambahan saja, tulisan ini masih bnyak kekurangan, kalau kamu masih bingung sama tulisan kali ini, ada baiknya kamu cari referensi lain, bisa  di buku, internet atau referensi lainnya. Karena si penulis masih dalam tahap pengembangan potensi menulisnya, ah biar kata orang tulisan-tulisan ku masih kacangan, ah biarlah blog ku sepi pengunjung, ah biarlah…. Yang penting aku berkarya, inilah karyaku… daripada tak berkarya karena takut di kritik orang, lebih baik berkarya apa adanya meski kritikan terus menyerang. Toh akhirnya setelah meninggal nanti aku masih meninggalkan jejak kehidupan dengan karya ku bahwa seorang “Aku” pernah hidup di dunia ini, daripada  meninggal tanpa meninggalkan karya, apa bedanya sama Binatang yang numpang hidup lalu numpang mati?? Hedeeh it’s not me… MARI BERKARYA MESKI TAK SEMUA KARYAMU DI TERIMA,, DUNIA ADALAH TEMPAT UNTUK BERKARYA, BUKAN BERKARYA UNTUK DUNIA SEMATA.. OK salam ukhuwah… :D

Kandangan, 17 Juli 2011, 6:02 PM





NB: Hak cipta dan Hak milik hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala,, namun... ada baiknya jika di copas menyertakan link blog ini... sangpendambasurga@blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar