Kamis, 14 Juli 2011

BUKAN CATATAN… “Ketika Sang Mahasiswa Dodol Terpapar Cinta…” Part 1

Bismillahirrahmanirrahim…
Ku  pandangi hamparan laut dan langit yang menjulang tinggi, kurasakan begitu kecilnya diri ini jika dibandingkan dengan Kuasa Sang Ilahi. Alunan Mp3 “Bunga-Bunga Cinta OSt Di atas Mihrab cinta pun menemani lamunanku kala ini. sejenak ku mencoba mengingat apa yang telah terjadi selama 1 bulan aku di sini.. ya,, sebuah kenangan indah yang tersimpan di hati.
“Tak pernah terlintas dibenakku, saat pertama kita bertemu… sesuatu yang indah tumbuh dalam gundah harum dan merekah…” (ost di atas mihrab cinta)
Ya.. semua ini tak ku sangka akan seperti ini… hmm… akupun hanya bisa menarik nafas sejenak sebelum aku tenggelam dalam siluet-siluet kenanganku…
*************************************************************************************
Hari ini hari senin, tak seperti biasanya aku dan ke 6 teman seprodiku pun mulai berkumpul di depan gerbang utama fakultas kami. Hari ini kami mulai menjalankan salah satu agenda kuliah, yaitu PBL (Praktek Belajar Lapangan) khusus untuk anak Kesehatan Masyarakat semester 5. Seperti kelompok yang lainnya, kelompok kami pun dipencar ke desa-desa terpencil yang memerlukan penelitian lebih lanjut tentang kesehatan.
Sampailah kami terdampar di sebuah desa kecil, terpencil. Sebut saja desa kintab di suatu wilayah di pelaihari (kalo g’ salah). Sebuah desa yang berbatasan dengan sebuah pantai. Tak seperti pantai lainnya di kal-sel, pantai ini sangat bersih (setidaknya jika dibandingkan dengan takisung dan batakan). Mulailah perjalanan kami sebagi seorang pengabdi masyarakat.

Sebelum kami melakukan kegiatan yang lebih lanjut, kami harus menemui kepala desa dan segenap instansi yang terkait tentang kesehatan di desa ini, salah satunnya adalah puskesmas desa kintab. Tidak banyak memang yang menghadiri pertemuan di balai desa ini, hanya kami, kepala desa dan seorang lagi laki-laki muda yang kami duga adalah kepala puskesmas desa kintab. Benarlah dugaan kami, lelaki muda itu seorang kepala puskesmas desa kintab, dengan gaya yang khas lelaki ini menjelaskan tentang permasalahan kesehatan yang sedang terjadi di desa ini.

Di malam hari, karena rumah kami jauh-jauh, kami pun bermalam di sebuah rumah penduduk yang sangat baik hati mau dengan suka rela menampung kami (tentunya tak semua dari kami,teman kami  yang lain ada yang menginap di rumah warga sebelah). Untungnya disini akses listrik masih bisa di gunakan, tapi untuk akses Air Bersih sangat minim (jadinya minum air berasa asin), jadi terasa shooting “andai aku menjadi… di Trans TV deh.. hehehe. Biasa, jika kaum hawa lagi santai-santainya berkumpul di suatu tempat, pastinya acara ngegosip bareng tak pernah menjadi program yang tak ketinggalan.

“eh, dokter yang tadi cakep ya,,” kata seorang temanku memulai acara ngegosip bareng ini. “he’eh, namanya dokter Faiz lho?? Dokter muda lagi…” sambung temanku yang  lain. “hmm.. apa dokternya sudah nikah g’ ya??” tanya yang lain. Seperti gayung bersambut, malam itupun teman-teman ku asik membahas dokter muda yang bernama faiz yang kata mereka cakep. Jujur saat beliau menjelaskan siang tadi aku tak terlalu memperhatikan mimik (wajah) beliau, hanya sekilas-sekilas saja. Selain aku ngantuk karena kelelahan (maklum anak kota yang jarang bepergian jauh) lagipula aku bukan tipe seorang wanita yang suka memandang wajah lelaki asing (istilah islamnya-nya Baghadul Bashar, yah meski aku bukan orang yang alim-alim bangetz… :).

Besoknya, kamipun harus berurusan ke puskesmas setempat. Kamipun disuruh menunggu di ruang tunggu karena kepala puskesmasnya (dr Faiz) sedang memeriksa warga. Jadi, selain sebagai kepala puskesmas, dr Faiz pun masih menjadi dokter yang bertugas memeriksa warga, maklum tenaga kesehatan di sini sangat minim (untuk tenaga SKM saja belum ada, jadilah dr faiz yang dipercaya untuk menjadi kepala puskesmas). Beberapa saat kemudian, seorang wanita paruh baya memanggil kami. “bapaknya sudah selesai, dipersilakan masuk, tapi jangan semuanya ya, cukup 2-3 orang.” Kata wanita itu. Dan diputuskanlah 2 orang temanku dan aku sebagai ketua kelompok yang mewakili untuk bertemu dr faiz.

Sebuah ruangan yang tak terlalu besar, ruangan ini terkesan sangat sederhana. Selain terbuat dari papan kayu, peralatan disinipun terkesan sedikit, hanya ada sebuah ranjang pasien, meja, timbangan, 2 kursi pasien dan beberapa poster di dinding. Dokter Faiz pun membuka pembicaraan, mau tak mau aku sebagai ketua kelompok (yang dipilih secara terpaksa dan dipaksa) harus mewakili kelompokku dalam menyampaikan visi dan misi kegiatan kami. Seperti biasa, dalam skil lab (waktu matrikulasi) bahwa jika berhadapan atau berbicara dengan kepala instansi harus menatap wajah pembicara agar terkesan menghargai dan serius. Akhirnya akupun harus berhadapan muka dengan dokter faiz (duuh cape deh..).

Setelah pertatapan muka tadi, tak terasa pikiranku mulai menilai dokter faiz. Menurutku dokter faiz itu orang yang baik (terbukti saat pembicaraan tadi), dan kalau masalah fisik, yah seorang yang berperawakan sedang dan tinggi, umur?? Hmm.. sekitar 26-28 tahun… wajah?? Biasa-biasa az tuh, tetapi  ada sesuatu yang terpancar dari rona wajah beliau, lagipula dokter faiz orang yang murah senyum kepada warga, sehingga meski baliau baru beberapa tahun bekerja di sini, banyak warga yang menyukai beliau.( Duuuh, kok jadi mikir-mikir tentang dokter faiz sih,, ckck gubraaak…).

Entah kebetulan ataukah takdir, rumah yang kami tumpangi ini berada di dekat mesjid yang satu-satunya ada di desa ini. Seperti biasa, warga yang bertempat tinggal di sekitar mesjid baik wanita maupun pria harus (bukannya harus sih tapi sebenarnya etika yang berlaku di desa ini) sholat berjamaah di mesjid ini (duhh jauh banget sama masyarakat kota yang biar dekat maupun jauh, enggan tuk sholat jamaah di mesjid). Jadilah kami juga ikut sholat berjamaah di mesjid (malu kan udah numpang, bertingkah lagi g’ ikut sholat jamaah di mesjid) meski dengan langkah tak biasa untuk melangkahkan kaki menuju mesjid. Kamipun mengambil shaf paling belakang (selain banyak pahalanya, bisa buat selonjoran karena malam ini ada ceramah agamanya. Setelah sholat magrib berjamaah maka sebelum sholat isya di isi dengan ceramah agama. Waktu itu ceramah tentang keutamaan bulan sya’ban (soalnya mumpung sekarang bulan sya’ban). Sang penceramah pun terdengar sangat fasih dalam menyampaikan ceramah agama. Tapi rasanya aku familiar dengan suara ini. Sampai salah seorang ibu-ibu bertanya kepada ibu-ibu di sebelahnya, “sekarang ustadz siapa yang ceramah??” tanya ibu 1. “oh,, hari ini giliran ustadz dokter…” kata ibu 2. “Hah,, emang ada ustadz dokter??” Pikirku,, memang selama disini, banyak hal-hal baru dan unik yang tak pernah ku temui di kota, dan sekarang ada ustadz dokter, wah hebat.

Semakin dekatnya deadline kami untuk menyelesaikan visi-misi kegiatan kami  membuat kami ekstra semangat untuk menggencarkan program-program yang sudah kami rancang. Selain itu kamipun harus sering berurusan dengan puskesmas setempat dalam menjalankan program-program tersebut (kelompok mahasiswa saja tidak cukup untuk melakukan perubahan jika tak diarahkan oleh para seniornya). Dan aku?? Tentunya sebagai ketua kelompok harus banyak berkonsultasi dengan dokter faiz yang tentunya bersama dengan teman kelompokku yang lain. (hemm… Ya Allah kuatkan hati Hamba agar selalu netral..). karena seringnya kami ke puskesmas, membuat kami akrab dengan pegawai puskesmas. Kadang-kadang kalau ada warga yang memberi makanan ke puskesmas, kami pun di beri, yah seperti puskesmas adalah basecame kami ke2. Di sini juga kami tak sengaja mengetahui tentang seorang dokter faiz. Dan ternyata ustadz dokter itu adalah dokter faiz. Meski dokter faiz tinggal jauh dari mesjid, beliau selalu menyempatkan diri untuk sholat magrib dan isya berjamaah dan terkadang sholat subuh juga. Wah..wah…

            Tak terasa, pikiranku pun mulai kacau (hah??). entah kenapa setiap kali ke puskesmas yang ku harapkan adalah bertemu dengan dr faiz (tu kan mulai error). Pernah suatu kali dokter faiznya tak ada di pukesmas, dan diwakilkan dengan salah satu staf puskesmas yang lain. Entah mengapa hari itu aku tak terlalu bersemangat, dan ada sedikit rasa kecewa,, nah lho mulai kacau-kan,, padahal niat awal ku Cuma ingin menuntaskan apa yang harus kami tuntaskan, dan sekarang niatku mulai tercampur baur T,T. Eh,, jangan-jangan…. Ziiiiiiiiiing…. AKU TERKENA VIRUS MERAH JAMBU??? OH TIDAAAAAAAAK…. ‘O’

(To Be Continiue...)

NB: Hak cipta dan Hak milik hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala,, namun... ada baiknya jika di copas menyertakan link blog ini... sangpendambasurga@blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar